Download Bali simbar

Om Swastyastu
Bagi sahabat blogger yang ingin membuat dokumen yang didalamnya berisikan karakter atau aksara bali, maka akan dibutuhkan Font yang mendukung format tersebut, satu2 font yang bisa membuat aksara bali tersebut adalah font aksara bali itu sendiri

File yang nantinya akan saya bagikan kepada sahabat blogger cuman berukuran 350kb yang didalamnya terdapat 8 file, 6 file font, 1 tamplate word dan satu file yang berisikan cara penggunaan aksara bali ini.
Download Bali SimbarDalam paket ini ada beberapa font dengan jenis yang sama tetapi dengan ektensi file yang berbeda yang tetap sengaja disertakan, karena dibeberapa komputer mungkin ada yang menggunakan windows yang lama yang tidak bisa menginstall ektensi file tertentu. Jadi kalau ada peringatan bahwa ada font yang sama atau sejenis sebelumya maka abaikan saja.

Demi memenuhi tuntutan akan banyak jenis karakter aksara bali yang akan digunakan maka dalam penggunaan aksara bali akan banyak menggunakan keyword sehingga semua fungsi key shortcut tidak bisa dilakukan seperti CTRL+C untuk mengcopy tulisan, CTRL+F untuk mencari tulisan atau kata,dan berbagai fungsi shortcut lainnya, sehingga semuanya harus menggunakan mouse, dan setelah selesai ingat untuk mengklik kanan file yg di downdloan dan kemudian mengekstranya agar bisa digunakan.


Bagaimana cara menginstal Fonts Bali Simbar  ???



CARA MENGINTASTAL FONTS BALI SIMBAR 

1. Setelah Type Fonts Bali Simbar di Download, kita lakukan penginstalan

2. copy Type Fonts yang sudah di download

3. buka control panel (klik start - control panel) - klik Fonts - paste. Atau bisa dengan mengcopy type fonts bali simbar - buka Data (C) / Sistem (C) - Windows - pilih Fonts -  paste, Fonts Bali Simbar akan terinstal. 

Bisa juga diinstal secara mudah dengan cara  : klik kanan type Fonts yang sudah di download - instal, maka fonts Bali Simbar akan terinstal. Gampangkan ? Selamat Mencoba

Silahkan lihat gambar dibawah untuk belajar dasar menulis aksara bali





































Atau jika ingin menstranslate langsung bisa membuka link ini
http://agusmade.blogspot.com/2014/05/transliterasi-aksara-bali.html


Om Shanti Shanti Santi Om.
Download Bali Simbar
Comments
2 Comments

2 komentar:

Posting Komentar

Sekilas Babad Arya Kenceng


Om Swastiastu, Om Awighnamastu Namo Siddham.

          Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami terlepas dari kutuk dan neraka. 
adalah seorang kesatria dari Majapahit yang turut serta dalam ekspedisi penaklukan Bali bersama Mahapatih Gajah Mada. Banyak versi mengenai keberadaan Arya Kenceng, dalam beberapa babad, misalnya Babad Arya Tabanan, dinyatakan bahwa Arya Kenceng adalah adik dari Arya Damar, yang lain mencatat Arya Kenceng identik dengan Arya Damar, dan beberapa naskah lontar menyatakan beliau adalah anak dari Arya Damar.
Adwaya Brahman Shri Tinuheng Pura ( Beliau yang di hormati di Singasari & Majapahit ) beristrikan Dar Jingga ( Sira Alaki Dewa / beliau yang bersuami seorang Dewa ), berputra :
  1. Raden Cakradara (suami Tribhuwana Tungga Dewi)
  2. Arya Damar / Adityawarman Raja Palembang
  3. Arya Kenceng
  4. Arya Kuta Wandira
  5. Arya Sentong
  6. Arya Belog (arya tan wikan)
Kembali diceritakan lagi, tentang para ksatria enam bersaudara itu, bagaimana keadaannya ?. 
  1. Yang sulung bernama Raden Cakradara, alangkah tampan dan sempurna wajahnya, tinggi ilmunya, cerdas dan bijaksana, bajik prilakunya, banyak pengetahuannya, pemberani dan mahir dalam pertempuran. Di dalam sayembara beliau terpilih untuk dijadikan suami oleh sang raja putri Bra Wilwatikta ( raja Majapahit ) yang ketiga. Setelah menikah beliau bergelar Sri Kerta Wardana.
  2. Adapun yang kedua banyak nama beliau, Sirarya Damar, Arya Teja, Raden Dilah, Kyayi Nala. Demikian jumlah namanya. Jabatannya 'Dyaksa', perintahnya selalu ditaati, bagaikan singa keberanian beliau.
  3. Yang ketiga bernama Sirarya Kenceng, terkenal tentang keganasannya, keberaniannya ibarat harimau.
  4. Yang keempat Sirarya Kuta Waringin.
  5. Yang kelima Sirarya Sentong,
  6. Serta yang keenam Sirarya Belog,
semuanya itu pandai bersilat lidah, bagaikan kelompok gandara prilaku mereka. Kelima para arya itu menjadi pejabat penting ( bahudanda ) mengabdikan diri dibawah Sri Maha Rajadewi Wilatikta ( Majapahit )


Setelah Kerajaan Bedulu ditaklukan, oleh raja Kerajaan Majapahit Ratu Tribhuwana Tungga Dewi, Selanjutnya Gajah Mada membagi daerah kekuasaan kepada beberapa Arya, salah satunya Arya Kenceng diberikan memimpin daerah Tabanan yang Kerajaannya berada di Pucangan/Buahan Tabanan, dengan rakyat sebanyak 40.000 orang dengan batas wilayah sebagai berikut:
  • Batas Timur: Sungai Panahan
  • Batas Barat: Sungai Sapwan
  • Batas Utara: Gunung Batukaru
  • Batas Selatan: Daerah Sanda, Kerambitan, Blumbang, Tanggun Titi dan Bajra
Pada tahun 1343 M beliau membuat istana disebuah desa yang bernama Desa Pucangan atau Buwahan, lengkap dengan Taman Sari di sebelah Tenggara Istana. Beliau memerintah dengan bijaksana sehingga keadaan daerah Tabanan menjadi aman sentosa.


Arya Kenceng mengambil istri putri keturunan brahmana yang bertempat tinggal di Ketepeng Reges yaitu suatu daerah di Pasuruan yang merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit. brahmana tersebut memiliki tiga putri,
  1. putri yang sulung diperistri oleh DalemKetut Sri Kresna Kepakisan dari Puri Samprangan 
  2. putri ke dua diperistri oleh Arya Kenceng
  3. putri yang bungsu diperistri oleh Arya Sentong.
Arya Kenceng sebagai kepala pemerintahan di daerah Tabanan bergelar Nararya Anglurah Tabanan, sangat pandai membawa diri sehingga sangat disayang oleh kakak iparnya Dalem Samprangan. Dalam mengatur pemerintahan beliau sangat bijaksana sehingga oleh Dalem Samprangan beliau diangkat menjadi Menteri Utama. Karena posisi beliau sebagai Menteri Utama, maka hampir setiap waktu beliau selalu berada disamping Dalem Samprangan. Arya Kenceng sangat diandalkan untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi oleh Dalem Samprangan. 


Mengingat jasa Arya Kenceng tersebut maka Dalem Samprangan bermaksud mengadakan pertemuan dengan semua Arya di Bali. Dalam pertemuan tersebut DalemSamprangan menyampaikan maksud dan tujuan pertemuan tersebut tiada lain untuk memberikan penghargaan kepada Arya Kenceng atas pengabdiannya selama ini.
"Wahai dinda Arya Kenceng, demikian besar kepercayaanku kepadamu, aku sangat yakin akan pengabdianmu yang tulus dan ikhlas dan sebagai tanda terima kasihku, kini aku sampaikan wasiat utama kepada dinda dari sekarang sampai seterusnya dari anak cucu sampai buyut dinda supaya tetap saling cinta mencintai dengan keturunanku juga sampai anak cucu dan buyut. Dinda saya berikan hak untuk mengatur tinggi rendahnya kedudukan derajat kebangsawanan (catur jadma), berat ringannya denda dan hukuman yang harus diberikan pada para durjana. Dinda juga saya berikan hak untuk mengatur para Arya di Bali, siapapun tidak boleh menentang perintah dinda dan para Arya harus tunduk pada perintah dinda. Dalam tatacara pengabenan atau pembakaran jenasah (atiwatiwa) ada 3 upacara yang utama yaitu Bandhusa, Nagabanda dan wadah atau Bade bertingkat sebelas. Dinda saya ijinkan menggunakan Bade bertingkat sebelas. Selain dari pada itu sebanyak banyaknya upacara adinda berhak memakainya sebab dinda adalah keturunan kesatriya, bagaikan para dewata dibawah pengaturan Hyang Pramesti Guru. Demikianlah penghargaan yang kanda berikan kepada adinda karena pengadian dinda yang tulus sebagai Mentri utama."


Arya Kenceng, Raja Tabanan I Berputra:
  1. Dewa Raka/Magada Prabu.
  2. Dewa Made/Megada Nata
  3. Kiayi Tegeh Kori Asal Wangsa Tegeh Kori.
  4. Nyai Tegeh Kori/Sri Menawa
Dewa Raka/Magada Prabu.
Beliau tidak berminat menjadi raja, melaksanakan kehidupan kepanditaan dan mengangkat 5 orang anak asuh (putra upon-upon):
  1. Ki Bendesa Beng
  2. Ki Guliang di Rejasa
  3. Ki Telabah di Tuakilang
  4. Ki Bendesa di Tajen
  5. Ki Tegehan di Buahan
Kiayi Tegeh Kori Asal Wangsa Tegeh Kori. 
Merupakan Putra kandung dari Arya Kenceng yang beribu dari desa Tegeh di Tabanan bukan putra Dalem yang diberikan kepada Arya Kenceng, Beliau membangun Kerajaan di Badung, diselatan kuburan Badung (Tegal) dengan nama Puri Tegeh Kori (sekarang bernama Gria Jro Agung Tegal), karena ada konflik di intern keluarga maka beliau meninggalkan puri di Tegal dan pindah ke Kapal. Di Kapal sempat membuat mrajan dengan nama "Mrajan Mayun” yang sama dengan nama mrajan sewaktu di Tegal, dan odalannya sama yaitu pada saat "Pagerwesi". 


Dari sana para putra berpencar mencari tempat. Kini pretisentananya (keturunannya) berada di Puri Agung Tegal Tamu, Batubulan, Gianyar dan Jero Gelgel di Mengwitani(Badung), Jro Tegeh di Malkangin Tabanan, Jero Batubelig di Batubelig. Dan dalam babad perjalanan Kiyai Tegeh (Arya Kenceng Tegeh Kori) tidak pernah membuat istana ataupun pertapaan di Benculuk atau sekarang di sebut Tonja. Di Puri Tegeh Kori beliau berkuasa sampai generasi ke empat. Adapun putra -putra dari Arya Kenceng Tegeh Kori IV Adalah:
  1. Kyai Anglurah Putu Agung Tegeh Kori. setelah dari Kapal kemudian membangun puri di Tegal Tamu, Gianyar, dengan nama Puri Agung Tegal Tamu ( Tamu dari Tegal )
  2. Kyai Anglurah Made Tegeh
  3. Nyai Ayu Mimba/Nyai Ayu Tegeh (Beliau yang menikah Ke Kawya Pura /Puri Mengwi)

Arya Kenceng karena telah lanjut usia, akhirnya beliau wafat dan dibuatkan upacara pengabenan (palebon) susuai dengan anugrah DalemSamprangan yaitu boleh menggunakan bade bertingkat sebelas yang diwariskan hingga saat ini. Adapun roh sucinya (Sang Hyang Dewa Pitara) dibuatkan tugu penghormatan (Peliggih) yang disebut "Batur/Batur Kawitan” dan disungsung oleh keturunan beliau hingga saat ini dan selanjutnya. selanjutnya Raja Tabanan I (Arya kenceng) digantikan oleh putra kedua beliau Dewa Made/Megada Nata.

OM Shanti, Shanti, Shanti OM


Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

RIWAYAT KASTA DI BALI

Riwayat Kasta di Bali


Om Swastyastu.
Kasta, dalam Dictionary of American English disebut: Caste is a group resulting from the division of society based on class differences of wealth, rank, rights, profession, or job. Uraian lebih luas ditemukan pada Encyclopedia Americana Volume 5 halaman 775; asal katanya adalah “Casta” bahasa Portugis yang berarti kelas, ras keturunan, golongan.
Bangsa Portugis yang dikenal sebagai penjelajah lautan adalah pemerhati dan penemu pertama corak tatanan masyarakat di India yang berjenjang dan berkelompok; mereka menamakan tatanan itu sebagai Casta. Tatanan itu kemudian berkembang di Eropa terutama di Inggris, Perancis, Rusia, Spanyol, dan Portugis. Sosialisasi casta di Eropa tumbuh subur karena didukung oleh bentuk pemerintahan monarki (kerajaan) dan kehidupan agraris.
Para elit ketika itu adalah the king (raja), the prince (kaum bangsawan), dan the land lord (tuan/ pemilik tanah pertanian); rakyat jelata kebanyakan buruh tani misalnya di Rusia disebut sebagai kaum proletar adalah kelompok mayoritas yang hina, hidup susah, dan senantiasa menjadi korban pemerasan kaum elit.
Lama kelamaan tatanan ini berubah karena tiga hal utama, yaitu:
1.      Revolusi Perancis dan Bholshevik (Rusia) yang menghapuskan monarki dan the land lord
2.      Industrialisasi yang mengurangi peran sektor agraris
3.      Pengembangan Agama Kristen yang menonjolkan segi kasih sayang diantara umat manusia
Walaupun demikian casta tidak hilang sama sekali; ia berubah wujud sebagai “Class System” yang didefinisikan sebagai: a differentiation among men according to such categories as wealth, position, and power.
Class System ini dianalisis secara ilmiah oleh berbagai tokoh masyarakat; yang terkemuka adalah Karl Marx dengan teorinya: The relations of production; inilah embrio pemahaman sosialis komunis yang ingin meniadakan perbedaan kelas masyarakat, di mana pemerintah menguasai sumber-sumber kehidupan dan mengupayakan perimbangan income yang wajar diantara rakyatnya.
Peredaran zaman menuju ke abad 20 membawa Class Theory yang klasik seperti pemikiran Karl Marx berubah menuju era baru seperti apa yang disebut sebagai Class Mobility, yaitu pengelompokan sosial karena kepentingan profesi. Kini kita biasa mendengar kelompok-kelompok: usahawan, birokrat, intelektual, militer, dan rohaniawan; mereka kemudian mengikat diri lebih khusus kedalam organisasi-organisasi seperti: IKADIN, IDI, ICMI, ICHI, MUI, PHDI, dll.
India yang disebut dalam berbagai sumber sebagai asal Kasta Stelsel, sebenarnya mempunyai sekitar 3000 kelompok sosial masyarakat, namun pada umumnya dapat dibedakan menjadi empat. Pengelompokan ini di India tidak hanya ditemukan pada masyarakat yang beragama Hindu saja, tetapi juga pada masyarakat yang beragama lain misalnya penganut Islam berkelompok pada: Sayid, Sheikh, Pathan, dan Momin; penganut Kristen berkelompok pada: Chaldean Syrians, Yacobite Syrians, Latin Catholics, dan Marthomite Syrians; penganut Budha berkelompok pada: Mahayana, Hinayana, dan Theravadi.
Istilah pertama yang digunakan di India bukan kasta tetapi “varnas” Bahasa Sanskerta yang artinya warna (colour); ditemukan dalam Rig Veda sekitar 3000 tahun sebelum Masehi yaitu Brahman (pendeta), Kshatriya (prajurit dan pemerintah), Vaishya (pedagang/ pengusaha), dan Sudra (pelayan).
Tiga kelompok pertama disebut “dwij” karena kelahirannya diupacarai dengan prosesi pensucian.

Dalam Bhagavadgita percakapan ke-IV sloka ke-13 ditulis:
CHATUR VARNYAM MAYA SRISHTAM,
GUNA KARMA VIBHAGASAH,
TASYA KARTARAM API MAM,
VIDDHY AKARTARAM AVYAYAM
artinya:
catur warna adalah ciptaan-Ku,
menurut pembagian kualitas dan kerja,
tetapi ketahuilah walaupun penciptanya,
Aku tidak berbuat dan mengubah diri-Ku.
Warna adalah profesi atau bidang kerja yang dilaksanakan seseorang menurut bakat dan keahliannya; tidak ada perbedaan derajat diantaranya karena masing-masing menjalankan karma dengan saling melengkapi.

Mantram-mantram dari Yajurveda sloka ke-18, 48 antara lain berbunyi:
RUCAM NO DHEHI BRAHMANESU,
RUCAM RAJASU NAS KRDHI,
RUCAM VISYESU SUDRESU,
MAYI DHEHI RUCA RUCAM
artinya:
Ya Tuhan Yang Maha Esa bersedialah memberikan kemuliaan pada para Brahmana, para Ksatriya, para Vaisya, dan para Sudra. Semoga Engkau melimpahkan kecemerlangan yang tidak habis-habisnya kepada kami.

Yajurveda Sloka ke 30, 5 berbunyi:
BRAHMANE BRAHMANAM,
KSATRAYA, RAJANYAM,
MARUDBHYO VAISYAM,
TAPASE SUDRAM
artinya:
Ya Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan Brahmana untuk pengetahuan, para Ksatriya untuk perlindungan, para Vaisya untuk perdagangan, dan para Sudra untuk pekerjaan jasmaniah.
Profesi yang empat jenis itu adalah bagian-bagian (berasal) dari Tuhan Yang Maha Esa yang suci, diibaratkan sebagai anatomi tubuh manusia dalam tatanan masyarakat, sebagaimana Yajurveda sloka 31, 11 menyatakan:

BRAHMANO ASYA MUKHAM ASID,
BAHU RAJANYAH KRTAH,
URU TADASYA YAD VAISYAH,
PADBHYAM SUDRO AJAYATA
artinya:
Brahmana adalah mulut-Nya Tuhan Yang Maha Esa,
Ksatriya lengan-lengan-Nya,
Vaisya paha-Nya,
dan Sudra kaki-kaki-Nya.
Selanjutnya doa yang mengandung harapan agar masing-masing profesi/ warna melaksanakan swadharma yang baik terdapat pada Yajurveda sloka 33,81:

PRAVAKAVARNAH SUCAYO VIPASCITAH
artinya: para Brahmana seharusnya bersinar seperti api, bijak, dan terpelajar;

Yajurveda sloka 20,25:
YATRA BRAHMA CA KSATRAM CA,
SAMYANCAU CARATAH SAHA,
TAM LOKAM PUNYAM PRAJNESAM,
YATRA DEVAH SAHAGNINA
artinya:
di negara itu seharusnya diperlakukan warga negaranya sebaik mungkin, di sana para Brahmana dan para Kesatriya hidup di dalam keserasian dan orang-orang yang terpelajar melaksanakan persembahan (pengorbanan).
Kesimpulannya adalah Warna itu realistis dan idealnya semua profesional berbuat sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama dan kesejahteraan umat manusia.
Warna seseorang tidak selamanya tetap apalagi turun temurun; misalnya seorang petani (berwarna sudra) karena ketekunannya berhasil menyekolahkan anaknya kemudian hari menjadi bupati maka anaknya sudah menjadi warna Ksatriya; demikian sebaliknya seorang keturunan Brahmana yang tidak lagi berprofesi sebagai Wiku tidak dapat disebut sebagai warna Brahmana.
Perubahan status pada seseorang bahkan dapat terjadi setiap saat menurut bidang tugasnya, misalnya seorang pesuruh di suatu Kantor yang merangkap menjadi Pemangku di Pura/ Sanggah Pamerajan; ketika bertugas sebagai pesuruh dia berwarna Sudra, tetapi jika bertugas nganteb piodalan di Pura dia berwarna Brahmana.
Warna yang diabadikan bahkan diwariskan turun temurun terjadi di India, sebagai usaha kelompok elit mempertahankan status quo, yang sebenarnya sudah sangat menyimpang dari ajaran suci Weda.
Gejala mengabadikan warna inilah yang dilihat oleh orang-orang Portugis sehingga timbullah istilah “casta” seperti yang diuraikan di atas.
Penerapan kasta stelsel di India menimbulkan pengkotak-kotakan masyarakat sehingga mereka saling bertikai. Dalam kondisi seperti ini jiwa nasionalisme pudar sehingga India mudah dipecah belah dan akhirnya dijajah Inggris.
Perjuangan Mahatma Gandhi membangkitkan nasionalisme India dibayar sangat mahal yaitu dengan jiwanya sendiri ketika dia ditembak oleh seorang fanatikus kasta.
Agama Hindu kemudian menyebar ke Indonesia lengkap dengan tatanan masyarakat menurut “warna” masing-masing. Mula-mula di Jawa tatanan masyarakat masih murni menurut Weda yaitu tatanan menurut profesi atau “Warna”.
Ketika Majapahit hendak meluaskan kerajaan dengan cita-cita menyatukan Nusantara yang terkenal dengan Sumpah Palapa-nya Gajahmada, maka Majapahit menundukkan Kerajaan Bali Dwipa pada abad ke-13.
Para “penjajah Majapahit” membawa serta kaum elit yang memimpin kerajaan Samprangan. Kaum elit itu dinamakan Triwangsa, yaitu Brahmana, Kesatria, dan Wesya. Semua penduduk Bali-asli yang dijajah, dikelompokkan sebagai Wangsa Sudra.
Tujuan politik Gajahmada adalah agar kaum Bali-asli tidak bisa eksis, sehingga kelanggengan pemerintahan Samprangan dapat berlanjut terus.
Sejak masa itulah “Warna” di Bali berubah menjadi “Wangsa” atau “Kasta” karena hak-hak kebangsawanan diturunkan kepada generasi seterusnya.
Setelah kerajaan-kerajaan di Bali runtuh, kemudian Indonesia menjadi negara Republik, hak-hak kebangsawanan mereka dengan sendirinya hilang. Namun demikian titel-titel nama depannya masih digunakan, sekedar untuk mengenang kejayaan masa lalu dan mungkin dengan alasan lain yaitu menghormati leluhur.
Sekarang tinggal masyarakat saja yang menilai kedudukan seseorang.
Tinggi rendahnya status sosial seseorang di masyarakat ditentukan pada peranan pengabdiannya kepada kepentingan masyarakat, bukan pada embel-embel predikat nama itu.
Mereka yang bijaksana akan senantiasa menjauhkan perilaku feodalisme, karena feodalisme itu membodohi diri sendiri.
Om Santih Santih Santih Om.

sumber: bali.stitidharma.org/riwayat-kasta-di-bali

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Aneka Mantram


http://www.babadbali.com/image/v_spacer2.gif

Doa / Mantra Sehari-hari
Pada waktu bangun pagi:
Om, Utedanim bhagavantah syamota prapitva uta madhye ahnam, utodinau madhvantan tsuryasya vayam devanam sumantausyama.(Atharva Veda III.16.4)


"Ya Tuhan Yang Maha Pemurah! Jadikanlah kami selalu bernasib baik pada pagi hari ini, menjelang tengah hari, apalagi matahari tepat di tengah-tengah dan seterusnya. Semoga para Dewa berkenaan menganugharkan rakhmat-Nya kepada kami".
Menggosok gigi
Om Cri Dewi Bhatrimsa Yogini namah


Om, sujud pada (sakti-Mu) Cri Dewi Bhatrimsa (dan) Yogini.
Membersihkan mulut:
Om Um Phat astraya namah.


Om, sujud kepada Um, astra Phat (itu).
Mencuci muka:
Om Um Waktra Paricuddha mam swaha.


Om, Om (dewi) membersihkan muka hamba.
Pada waktu mandi:
Om, Gangga-Amrta-Sarira Cuddha Mam Swaha.


Om, Amrta dari Gangga, membuat badan hamba suci.
Pada waktu berpakaian:
Kaupina Brahma-Samyuktah, mekhala Wisnu-Samsmrtah Antarwasewaro dewah, bandham astu Sada Ciwa.


Penutup berpakaian adalah Brahma, pengikat pinggang (adalah) Wisnu, penutup tubuh (oleh) Iswara (dan) Sada Ciwa pengikat semuanya.
Pada waktu makan:
1) Menjelang makan:
Om Hiranyagarbhah samavartatagre bhutasya jatah patikreka asit, sa dadhara prithivim dyam utema kasmai devaya havisa vidhema.


Ya Tuhan Yang Maha Pengasih! Engkau asal alam semesta dan satu-satunya kekuatan awal, Engkau yang memelihara semua mahluk, seluruh bumi dan langit. Kami memuja Engkau.
2) Sesudah makan:
Om Purnamadah purnamidam Purnat murnam adaya purnasya purnam adaya purnam evavasisyate.


Ya Tuhan Yang Maha Sempurna! Yang membuat alam sempurna. Alam ini akan lenyap dalam kesempurnaanMu. Engkau adalah kekal. Kami mendapat makanan yang cukup dan atas anugrah-Mu kami menghaturkan terima kasih.
Sebelum memulai pekerjaan atau kegiatan:
Om Avighnam astu namasiddham.


Ya Tuhan semoga tiada halngan dan berhasil.
Mohon perlindungan:
Om Apasyam gopam anipadyamanam a ca para ca prthibhih carantam sa sadhricih sa visucir vasana.


Ya Tuhan! hamba memandang Engkau Maha Pelindung, yang terus bergerak tanpa berhenti, maju dan mundur di atas bumi. Ia yang mengenakan hiasan yang serba meriah, muncul dan mengembara terus bersama bumi ini.
Mohon kebenaran (jalan yang benar):
Om A visvadevam satpatim suktai adya vrnimahe stayasavam sawitaram.


Ya Tuhan Yang Maha Agung! dengan kidung kami memujaMu, Tuhan sumber kebaikan! Engkau Maha Cemerlang yang memiliki takdir yang maha benar.
Salam Penganjali
(salam penghormatan) :
Om Svastyastu.


Semoga selalu ada dalam keadaan baik (selamat) atas karunia Tuhan (Hyang Widhi Wasa).
Salam Penganjali
(salam penghormatan) :
Om santhi, Santhi, Santhi, Om.


Semoga damai, damai di dunia, damai di akhirat dan damai selalu.
Doa Menjelang makan
Om Ang kang kasol kaya isana ya namah, svasti-svasti sarva deva bhuta sukha, pradhana purusa sang yoga ya namah.


Ya Hyang Widhi, yang bergelar Isana, hamba persembahkan seluruh makanan ini kehadapan-Mu, semoga semua makhluk berbahagia.
Doa Mulai Makan
Om Anugraha Amertadi sanjivani ya namah svaha.


Ya Hyang Widhi, semoga makanan ini menjadi penghidupan hamba lahir bathin yang suci.
Doa Selesai Makan
Om Dhirgayur astu, avighnam astu subham astu Om Sriyam bhavantu, purnam bhavantu, ksama sampurna ya namah svaha.


Ya Hyang Widhi, semoga makanan yang telah masuk ke dalam badan hamba memberi kekuatan, keselamatan, panjang umur dan tak kena halngan apapun. Demikian pula agar hamba mendapatkan kebahagiaan dan suka cita dengan sempurna.
Doa Selesai Makan
Dapat pula menggunakan doa (mantra) berikut:
Om Annapate annasya no dehyanmi vasya susminah, pra-pra dataram taris urjam no dhehi dvipade catuspade.
(Yajur Veda XI.83)


Ya Hyang Widhi, Engkau penguasa makanan, anugrahkanlah makanan ini memberikan kekuatan, menjauhkan dari penyakit. Selanjutnya bimbinglah kami, anugrahkanlah kekuatan kepada mahluk berkaki empat dan dua.
Doa saat melakukan Yadnya Sesa (Ngejot) :
"Om Sarva bhuta sukha pretebhyah svaha".


Ya Hyang Widhi, hamba berikan sedikit kepada sarwa bhuta agar tidak mengacau.
Doa Memulai Sesuatu Kegiatan:
Om Avighnam astu namo sidham Om Sidhirastu tad astu astu svaha.


Ya Hyang Widhi, semoga atas perkenan-Mu tiada suatu halangan bagi kami memulai pekerjaan (kegiatan) ini dan semoga sukses.
Doa Mohon Inspirasi :
Om Pra no devi sarasvati vajebhir vajinivati dhinam avinyavantu.
(Rg Veda VI.61.4)


Ya Hyang Widhi, Hyang Saraswati Yang Maha Agung dan Kuasa, Engkau sebagai sumber ilmu pengetahuan, semoga Engkau memelihara kecerdasan kami.
Doa Memohon Kesehatan :
Om Vata a vatu bhesajam sambhu majobhu no hrde, pra na ayumsi tarisat.
(Rg Veda X.1986.1)


Ya hyang Widhi, semoga Wayu menghembuskan angin sejuk-Nya kepada kami. Wayu yang memberikan kesehatan dan kesejahteraan kepada kami. Semoga Ia memberikan umur panjang kepada kami.
Doa Mohon Bimbingan Spiritual :
Om Asato ma sadgamaya tamasoma ma tyotir gamaya mrtor ma amrtam gamaya.
(Brh. Ar. Up. XL.15)


Ya Hyang Widhi, bimbinglah kami dari yang tidak benar menuju yang benar. Bimbinglah kami dari kegelapan pikiran menuju cahaya (pengetahuan) yang terang. Bimbinglah kami dari kematian menuju kehidupan yang abadi.
Doa Mohon Kebahagiaan dan Keberuntungan :
Om sarve bhavantu sukhinah sarve santu niramayah sarve bhadrani pasyantu ma kascid duhkha bhag bhavet


Ya Hyang Widhi, semoga semuanya memperoleh kebahagiaan, semoga semuanya terbebas dari penderitaan, semoga semuanya dapat memperoleh keberuntungan, semoga tiada kedukaan.
Doa Memulai Belajar :
Om Agne naya supatha raye asman visvani deva vayunani vidvan, yuyodhyasmaj juhuranam eno bhuyistam te namauktim vidhema.
(Rg Veda I.189.1)


Ya Hyang Widhi (Hyang Agni), tunjukkanlah kepada kami jalan yang benar untuk mencapai kesejahteraan; Hyang Widhi yang mengetahui semua kewajiban, lenyapkanlah dosa kami yang menyengsarakan kami. kami memuja Engkau.
Doa Menghilangkan Rasa Takut :
Om Om Jaya jivad sarira raksan dadasi me, Om Mjum sah vaosat mrityun jaya namah svaha.


Ya Hyang Widhi Yang Maha Jaya, yang mengatasi segala kematian, kami memuja-Mu. Lindungilah kami dari mara bahaya.
Doa Selesai Melakukan Kegiatan:
Om Deva suksma parama acintya ya namah svaha sarva karya prasidhantam. Om Shanti, Shanti, Shanti, Om.


Ya Hyang Widhi dalam wujud Parama Acintya yang maha gaib dan maka karya, atas rakhmat-Mu maka pekerjaan ini sukses. Semoga damai selalu.
Doa Sebelum Tidur:
Om Yajjagrato duram udaiti daivam tad u suptasya tatha iva iti, durangamam jyotisam jyotir ekam tanme manah siva samkalpam astu.
(Yajur Veda XXXIV.1)


Ya hyang Widhi, Engkau nampak jauh dari orang yang tidur, nampak jauh dari orang yang terjaga. Engkau sinar utama, yang nampak jauh itu, semoga pikiran kami senantiasa mengarah kepada Engkau, yang baik itu.
Doa Untuk Ketabahan Hidup:
Om Krdhi na udhvarny carathaya jivase.


Ya Hyang Widhi, semoga kami bisa tetap tegak dalam perjalanan hidup kami.
Doa Untuk Orang Meninggal
(yang disampaikan/diucapkan saat bela sungkawa):
Om vayur anilam amrtam athedam bhasmantam sariram Om krato smara, klie smara, krtam smara.
(Yajur Veda XL.15)


Ya Hyang Widhi, Penguasa hidup, pada saat kematian ini semoga ia mengingat wijaksana suci Om, semoga ia mengingat Engkau Yang Maha Kuasa dan kekal abadi. Ingat pula kepada karmanya. Semoga ia mengetahui bahwa Atma adalah abadi dan badan ini akhirnya hancur menjadi abu.
Dapat pula menggunakan doa (mantram ) berikut ini:

a. Saat melihat atau mendengar orang meninggal:
Om svargantu, moksantu, sunyantu, murcantu, Om ksama sampurna ya namah svaha.


Ya Hyang Widhi, semogalah arwah almarhum mencapai sorga, manunggal dengan-Mu, mencapai keheningan tanpa suka-duka. Ampunilah ia, semoga sempurna atas Kemahakuasaan-Mu.
b. Saat mengunjungi orang sakit:
Om sarva vighna sarva klesa, sarva lara roga vinasa ya namah.


Ya Hyang Widhi, semoga segala halangan, segala penyakit, segala penderitaan dan gangguan binasa oleh-Mu.
Doa Untuk Pembukaan Rapat (sidang) atau Seminar:
Om sam gacchadhvam sam vadadhvam sam vo manamsi janatam, devo bhagam yatha purve samjanana upasate.
(Rg. Veda X.191.2)


samano mantrah samitih samani samanam manah saha cittam esam, samanam mantram abhi mantraye vah samanena vo havisa juhomi.
(Rg Veda X.191.3)

samani va akutih samana hrdayani vah samanam astu vo mano yatha vah susahasati.
(Rg Veda X.191.4)


Ya Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa), semogalah pertemuan dan rapat ini mencapai satu kesepakatan. Semoga tercapai tujuan bersama, kesepakatan bersama satu dalam pikiran menuju stau tujuan.

Ya Hyang Widhi, Engkau canangkan satu tujuan, tujuan bersama kami sekalian, kami adakan pemujaan dengan persembahan bersama, agar tujuan kami satu, seia dan sekata.
Doa Untuk Menutup Suatu Pertemuan:
Om dyauh santir antariksam santih prthiva santir apah santir osadhayah santih vanaspatayah santir visve devah santir brahma santih sarvam santih santir eva santih sa ma santir edhi.
(Yayur Veda XXXVI.17)


Ya Hyang Widhi Yang Maha Kuasa, anugrahkanlah kedamaian di langit, damai di angkasa, damai di bumi, damai di air, damai pada tumbuh-tumbuhan, damai pada pepohonan, damai bagi para Dewata, damailah Brahma, damailah alam semesta, semogalah kedamaian senantiasa datang pada kami.
Jnana Punia Semeton Nyoman Gede Suyasa (Bali Camp)




Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar