Kali yuga
Berdasarkan penelitian seksama terhadap
Jyotir-Veda (ilmu Astronomi Veda), para akhli (sarjana tradisional Veda)
menyatakan bahwa Kali-Yuga mulai pada tanggal 18 Pebruari 3102 SM ketika Raja
Pariksit naik tahta Kerajaan Hastinapura. Dikatakan bahwa pada hari itu ke 7
(tujuh) planet termasuk Bulan dan Matahari tidak dapat dilihat dari Bumi, sebab
mereka berjejer lurus satu arah dibalik Bumi. Sementara itu, planet Rahu yang
tidak bisa dilihat mata telanjang, tepat berada diatas Bumi di langit yang
gelap gulita. Oleh karena tahun Masehi telah berlangsung selama 2006 tahun,
maka pernyataan bahwa Kali-Yuga mulai sekitar 5.100 tahun yang lalu diakui
sebagai kebenaran oleh para penganut ajaran Veda.
Diceritrakan bahwa Raja Pariksit bertemu
kepribadian Kali-Yuga dalam wujud seorang sudra berkulit hitam dan berpakaian
seperti Raja di tepi sungai Saraswati ketika beliau memeriksa wilayah
Kerajaannya. Si sudra sedang menyiksa sapi jantan (perlambang
dharma) dan sapi betina (perlambang Bumi) dengan gada. Karena mohon maaf atas
perbuatannya yang biadab, Raja Pariksit tidak membunuh si sudra. Beliau
mengusir si sudra keluar wilayah Kerajaannya dan memperkenankan dia tinggal di
4 (empat) tempat yaitu:
1.
Rumah Potong Hewan
2.
Tempat pelacuran
3.
Tempat perjudian, dan
4.
Tempat dimana emas disimpan.
Veda menyatakan bahwa
Bumi diliputi Kali-Yuga setelah Sri Bhagavan ,
Krishna kembali ke tempat tinggalnya Goloka-dhama di alam rohani. Dikatakan
bahwa begitu Kali-Yuga memasuki Bumi, maka pape yad ramate janah, manusia
mulai bersuka-ria dalam beraneka-macam kegiatan berdosa (Bhagavata Purana 12.2.29). Tetapi selama Sri Krishna
masih menginjakkan kaki-Nya di Bumi,
tavat kalir vai prthivim parakrantun na casakat,
selama itu pula Kali-Yuga tidak berdaya menguasai Bumi (Bhagavata Purana 12.2.30).
Bhagavata
Purana 12.2.31 menyatakan
bahwa Kali-Yuga berlangsung selama dvadasabda satatmakah, dua abad deva,
atau 1.200 tahun deva. Menurut tahun manusia, Kali-Yuga berlangsung selama
1.200 x 360 = 432.000 tahun (1 hari deva = 1 tahun manusia). Dari
jumlah ini, 5.100 tahun telah berlalu, sehingga Kali-Yuga punya jangka waktu
berlangsung yang masih lama yaitu 426.900 tahun manusia.
Dikatakan lebih lanjut
oleh Veda bahwa Kali-Yuga mulai mencengkram penduduk Bumi dengan kekuatannya
penuh ketika kumpulan bintang (planet) Sapta-Rishi bergerak dari garis edar
Bulan yang di-sebut Magha ke garis edar Bulan yang disebut Purvasadha yaitu
ketika Raja Nanda dan dinastinya mulai memerintah India (Bhagavata Purana 12.2.32). Itu terjadi sekitar
1977 tahun SM (Sebelum Masehi).
Kali-Yuga sebagai jaman kemerosotan akhlak dan
moral ditunjukkan oleh pernyataan-pernyataan Veda berikut.
Veda menyatakan,”Sa kalir tamasa smrtah, Kali-Yuga disebut jaman
tamas, kegelapan/kebodohan” (Bhagavata
Purana 12.3.30). Tamas (kegelapan/kebodohan) adalah salah satu unsur Tri-Guna,
tiga sifat alam material yaitu sattvam (kebaikan), rajas (kenafsuan) dan tamas
(kegelapan).
Mengenai sifat alam tamas
ini, Veda menjelaskan sebagai berikut, “Sifat alam tamas ini menyebabkan
manusia mengkhayal, sehingga manusia menjadi berpikir tidak waras, malas
dibidadang kerohanian dan banyak tidur”. Selanjutnya dikatakan,”Adharmam dharman iti ya manyate tamasavrta,
diliputi sifat tamas, manusia menganggap yang benar adalah salah dan yang salah
adalah benar, sehingga sarvarthan
viparitams ca, segala kegiatannya menuju kearah sesat” (Bhagavad Gita 18.32).
Penjelasan Veda lebih lanjut adalah sebagai
berikut:
1.
Dalam masa Kali-Yuga, manusia cendrung semakim rakus, berprilaku
jahat (korup) dan tidak mengenal belas-kasihan. Mereka bertengkar satu dengan
yang lain tanpa alasan benar. Mereka bernasib malang, diliputi beraneka-macam
keinginan material dan sudra-dasottarah prajah, mayoritas tergolong sudra dan
manusia tidak beradab (Bhagavata Purana 12.3.25).
2.
Kegiatan tipu-menipu dan berbohong, malas dibidang kerohanian,
banyak tidur dan tindak kekerasan, kecemasan, kesedihan, kebingungan, ketakutan
dan kemiskinan merajalela (Bhagavata Purana 12.3.30).
3.
Karena fakta-fakta tersebut, maka Kali-Yuga sering disebut
sebagai jaman kemerosotan akhlak dan moral, jaman perselisihan dan
pertengkaran, jaman kepalsuan, jaman edan, jaman kekalutan, jaman kemunafikan,
jaman penderitaan dan kesengsaraan.
Maha Rishi Sukadeva Goshwami menjelaskan
24 ciri Kali-Yuga kepada Raja Pariksit, yaitu;
1.
Dharma merosot dan Adharma berkembang subur.
2.
Kualitas, moral dan hidup manusia merosot.
3.
Manusia bertabiat Asurik (jahat).
4.
Manusia munafik dan curang.
5.
Raja, kepala da pejabat negara bermoral buruk dan rendah.
6.
Kekayaan material dan keniknatan indriyawi menjadi tujuan hidup.
7.
Hukum dan keadilan ditentukan oleh kekuasaan.
8.
Perkawinan berlangsung karena daya tarik material dan sex
berdasarkan prinsip suka sama suka.
9.
Segala urusan dan hubungan bisnis berlandaskan tipu-muslihat.
10.
Para brahmana sibuk dengan urusan mengenyangkan perut dan
memuaskan kemaluan.
11.
Aturan hidup varna-asrama dharma dicampakkan.
12.
Manusia selalu berpikir keliru.
13.
Kekuasaan dicapai melalui kekuatan.
14.
Rakyat menderita karena bencana alam, kelaparan, beban pajak,
penyakit dan kecemasan.
15.
Wanita hidup bebas dan tidak suci.
16.
Veda dimengerti dengan pola pikir atheistik.
17.
Kota-kota dikuasai para bandit.
18.
Sapi dibunuh untuk makanan.
19.
Majikan dan pelayan saling tidak setia.
20.
Laki-laki dikendalikan wanita.
21.
Orang-orang sudra menipu melalui praktek kerohanian.
22.
Manusia menjadi amat individualistik.
23.
Manusia dan alam terkena polusi, dan
24.
Manusia melalaikan Tuhan karena berwatak atheistik.
Berikut diuraikan secara ringkas setiap
ciri Kali-Yuga berdasarka sloka-sloka Veda.
Dharma
merosot dan adharma berkembang
Tatas
canudinam dharmah satyam saucam ksama daya kalena balina nanksyati, dharma
(agama) beserta ke-empat prinsipnya yaitu satyam (kejujuran), saucam (kesucian
diri), ksama (kesabaran) dan daya (kasih-sayang) merosot dari hari ke
hari karena pengaruh buruk Kali-Yuga (Bhagavata
Purana 12.2.1).
Yada
mayanrtam tandra nidra himsa visadanam sa kalir tamasa smrtah,
ketika kegiatan tipu-menipu (maya), bohong-membohongi (anrta), kemalasan
spiritual (tandra), ketidak-insyafan pada diri (nidra), tindak kekerasan
(himsa) dan kecenasan (visadanam) merajalela di masyarakat dunia, maka masa itu
disebut Kali-Yuga, jaman kegelapan spiritual (Bhagavata
Purana 12.3.30).
Kualitas,
moral dan hidup manusia merosot
Prayenalpayusah
sabhya kalau asmin yuge janah mandah sumandaya-amatayo manda bhagya hy
upadrutah, manusia Kali-Yuga pendek umur, malas dibidang kerohanian,
malang, hidup sesat dan selalu cemas (Bhagavata
Purana 1.1.10).
Kalena
balino rajan nanksyati ayuh balam smrtih, O sang Raja, usia,
kekuatan pisik serta ingatan manusia merosot terus karena pengaruh buruk
Kali-Yuga (Bhagavata Purana 12.2.1).
Ksiyamanesu
dehesu dehinam kali dosatah, badan jasmani (pisik) sang manusia akan
semakim mengecil karena pengaruh buruk Kali-Yuga (Bhagavata Purana 12.2.12).
Durbhaga
bhuri-tarsah ca sudra dasottarah prajah, manusia Kali-Yuga
bernasib malang, diliputi beraneka macam keingianan material dan mayoritas
ter-golong sudra dan orang-orang tidak beradab (Bhagavata Purana 12.3.25).
Tasmat
ksudra-drso martyah ksudra bhagya mahasanah kamino vitahinas ca,
karena pengaruh buruk Kali-Yuga, manusia jadi berpandangan pendek, bernasib
malang, rakus makan, penuh nafsu dan hidup miskin (Bhagavata
Purana 12.3.31).
Anapady
api mamsyante vartam sadhu jugupsitam, meskipun tidak dalam
keadaan darurat/terdesak, manusia Kali-Yuga menganggap pekerjaan rendah/hina
apapun adalah baik (Bhagavata Purana 12.3.35).
Kalau
kakinike vigrhya tyakta-sauhrdah tyaksyanti ca priyan pranan hanisyanti svakan
api, pada jaman Kali orang-orang saling bermusuhan satu dengan yang
lain karena masalah kecil yang tidak berarti. Begitulah, dengan melupakan
segala hubungan baik,mereka siap mengorbankan nyawa dan bahkan mau
membunuh
sanak-keluarga sendiri (Bhagavata Purana 12.3.41).
Manusia
bertabiat asurik (jahat)
Tasmin
lubdha duracara nirdayah suska-vairinah, (pada jaman Kali)
manusia jadi serakah, berwatak jahat (korup) dan tidak mengenal belas-kasihan.
Mereka bertengkar satu dengan yang lain tanpa alasan benar (Bhagavata Purana 12.3.25).
Manusia
munafik dan curang
Vipratve
sutram eva hi, seseorang disebut brahmana hanya karena dia memakai tali suci
(Bhagavata Purana 12.2.3).
Pandita
capalam vacah, orang yang amat pintar berkatakata, dianggap sarjana
terpelajar (Bhagavata Purana 12.2.4).
Sadhutve
damba eva tu, kemunafikan dianggap kebajikan (Bhagavata Purana 12.2.5).
Satyatve
dharstyam eva hi, dia yang punya keberanian bicara dan bertindak, dianggap orang
benar (Bhagavata Purana 12.2.6).
Yaso’rthe
dharma sevanam, kegiatan keagamaan dilaksanakan semata-mata untuk memperoleh
ketenaran/kemasyuran (Bhagavata Purana 12.2.6).
Evam
prajabhir dustabhir akirne ksiti mandale, Bumi dipenuhi oleh
penduduk berwatak curang (Bhagavata Purana 12.2.7).
Dharmam
vaksyanty adharma-jna adhiruhyottamasanam, orang yang tidak tahu
sedikitpun ajaran agama (dharma) duduk di kursi tinggi dan ber-pidato tentang
prinsip-prinsip dharma (Bhagavata Purana 12.3.38).
Raja,
kepala dan pejabat negara berwatak rendah/buruk/korup
Mleccha-prayas
ca bhu-bhrtah ete’dharmanrta parah phalgu dasa tivra manyawah,
hampir semua Raja/Kepala/Pejabat negara, adalah mleccha,orang-orang tidak
beradab. Mereka serakah, berwatak keras dan pemarah, mengabdi pada kepalsuan
dan kebatilan (Bhagavata Purana 12.1.38).
Prajas
te bhaksayisyanti mleccha rajanya rupinah, orang-orang mleccha
dalam wujud para Raja/Kepala/Pejabat negara hanya menyebabkan rakyat menderita
belaka (Bhagavata Purana 12.1.40).
Praja
hi lubdhai rajanyair nirghrnair dasyu-dharmabhih,
rakyat diperintah oleh Raja/Kepala/Pejbat negera yang prilakunya tidak berbeda
dari pada prilaku para pencuri (Bhagavata
Purana 12.2.8).
Rajanas
ca praja-bhaksah, para Raja/Kepala/Pejabat negara kerjanya hanya
memeras/menindas rakyat belaka (Bhagavata
Purana 12.3.32).
Kekayaan
material dan kenikmatan indriyawi menjadi tujuan hidup
Vittam
eva kalau nrnam janmacara gunodayah, (pada jaman Kali)
kekayaan material dijadikan petunjuk kelahiran, prilaku dan sifat-sifat baik
seseorang (Bhagavata Purana 12.2.2).
Avrtya
nyaya daurbalyam, orang miskin diperlakukan secara tidak adil (Bhagavata Purana 12.2.4).
Anadhyata
ivasadhutve, seseorang dianggap hina jikalau dia miskin(Bhagavata Purana 12.2.5).
Udaram
bharata svarthah, mengenyangkan perut menjadi tujuan hidup manusia (Bhagavata Purana 12.2.6).
Ksudrah
sisnodaram svarthah, manusia hanya perduli pada ikhtiar memuaskan perut dan
kemaluan (Bhagavata Purana 12.3.42).
Keadilan
ditentukan oleh kekuasaan
Dharma
nyaya vyavasthayam karanam balam eva hi, hukum dan keadilan
ditetapkan oleh kehendak orang yang berkuasa (Bhagavata
Purana 12.2.2).
Perkawinan
berlangsung karena daya tarik material dan sex berdasarkan prinsip suka sama
suka
Dampatye’
bhirucir hetur, orang laki dan wanita kawin semata-mata karena daya tarik
pisik yaitu ketampanan/kecantikan, kekayaan dan kedudukan material (Bhagavata Purana 12.2.3).
Stritve
pumstve ca hi ratir, seseorang dikatakan wanita atau lelaki sejati bila dia secara
seksual berguna (Bhagavata Purana 12.2.3).
Svikara
eva codvahe, perkawinan terlaksana berdasarkan kesepkatan lisan belaka (Bhagavata Purana 12.2.5).
Segala
urusan dan hubungan bisnis berlandaskan tipu muslihat
Mayaiva
vyavaharike, keberhasilan dalam ber-bisnis ditentukan oleh akhlian
tipu-menipu (Bhagavata Purana 12.2.3).
Panayisyanti
vai ksudrah kiratah kuta-karinah, para pelaku bisnis
berniaga secara licik dan memperoleh untung dengan cara menipu (Bhagavata Purana 12.3.25).
Para
brahmana sibuk dalam urusan memuaskan perut dan kemaluan
Sisnodara
para dvijah, mereka yang disebut para brahmana hanya sibuk dalam urusan
memuaskan perut dan kemaluan (Bhagavata
Purana 12.2.32).
Aturan
hidup lembaga varna-asrama dharma dicampakkan
Lingam
evasrama kyatau anyonyapatti karanam, tingkat kehidupan
spiritual (asrama) seseorang ditentukan ber dasarkan ciri/simbul luar belaka.
Dan berdasarkan ciri/simbul itu,seseorang beralih dari satu tingkat asrama ke
tingkat asrama berikutnya (Bhagavata
Purana 12.2.4).
Avrato
bhatavo’sauca bhiksavas ca kutumbinah tapasvino grama vasa nyasi’tyartha lolupah, para
brahmacari tidak melaksanakan vrata, pantangan-pantangan hidup dan hidup
kotor/berdosa. Para grhastha mencari nafkah dengan cara meminta-minta/mengemis.
Para vanaprashtha tinggal di desa, dan para sannyasi rakus pada kekayaan
material dunia fana (Bhagavata Purana 12.2.33).
Manusia
selalu berpikir keliru
Dure
vary ayanam tirtham, tempat suci (tirtha) dimengerti sebagai suatu waduk kecil di
tempat nan jauh (Bhagavata Purana 12.2.6).
Lavyanam
kesa dharanam, kecantikan/ketampanan dimengerti bergantung pada model rambut
seseorang (Bhagavata Purana 12.2.6).
Daksyam
kutumba bharanam, orang yang mampu menghidupi keluarga disebut akhli (Bhagavata Purana 12.2.6).
Snanam
eva prasadanam, seseorang merasa dirinya bersih (suci) hanya karena sudah
mandi (Bhagavata Purana 12.2.5).
Kekuasaan
dicapai melalui kekuatan
Brahma
vit ksatra sudranam yo bali bhavita nrpah,siapapun diantara
ke-empat golongan sosial (varna) manusia di masyarakat yaitu orang
brahmana, kshatriya, vaisya dan sudra yang mampu memperlihatkan
diri sebagai yang paling kuat, maka dia menjadi Raja/Kepala/Pemimpin
negara (Bhagavata Purana 12.2.7).
Rakyat
menderita karena bencana alam, kelaparan, beban pajak, perang, penyakita dan
kecemasan
Anavrstya
vinaksyanti durbhiksa kara piditah, rakyat menderita sekali
karena kemarau berkepanjangan, kelaparan meluas dan beban pajak amat memberatkan
(Bhagavata Purana 12.2.9).
Dikatakan bahwa karena
tidak mampu membayar pajak, bukan saja rumah dan harta miliknya disita, tetapi
juga anak dan istri seseorang diambil dan dijadikan budak oleh sang Penguasa
untuk melunasi tunggakan pajak. Dalam keadaan demikian dikatakan,”Acchina dara dravina yasyanti giri kananam,
dengan kehilangan istri dan anak, orang-orang akan lari menyelamatkan diri ke
hutan di gunung-gunung” (Bhagavata Purana 12.2.10).
Sita
vatapata pravrd himair anyonyatah prajah ksut-trdbhyam vyadhibhir caiva sabta
pasyante ca cintaya, rakyat amat menderita karena udara sangat dingin, angin
berhembus amat kencang, panas matahari menyengat, hujan amat deras dan salju
amat tebal. Mereka juga tambah sengsara karena perang, kelaparan, dahaga, penyakit
dan kecemasan tiada henti (Bhagavata Purana 12.2.10).
Soka
mohau bhayam dainyam, manusia (jaman Kali) selalu sedih, mengkhayal/bingung, takut
dan hidup miskin (Bhagavata Purana 12.2.30).
Nityam
udvigna manaso durbhiksa kara karsitah niranne bhutale rajan anavrsti
bhayaturah vaso’ nna pana sayana
vyavaya snana bhusanaih hinah pisace sandrsa bhavisyanti kalau prajah, pada
jaman Kali pikiran manusia selalu gelisah. Tubuh mereka kurus karena kelaparan
dan beban pajak amat berat, dan mereka selalu dihantui rasa takut pada kemarau
panjang. Mereka tidak cukup pakaian, tidak cukup makan dan minum, tidak cukup
istirahat, tidak menikmati hubungan badan (sex) teratur, tidak pula mandi
teratur dan tidak ada perhiasan menghias tubuhnya. Mereka akhirnya kelihatan seperti
hantu menakutkan (Bhagavata Purana 12.3.39
– 40).
Wanita
hidup bebas dan tidak suci
Svairinyas
ca striyo’ satih, para wanita hidup tidak suci dan bebas bepergian kemana saja
dan ber-gaul dengan siapa saja (Bhagavata
Purana 12.3.31).
Gata-hriyah
sasvat katuka-bhasinyas caurya mayaru sahasah, para wanita kehilangan
rasa malunya, berbicara kasar, berkelakuan seperti pencuri, suka menipu dan
selalu menentang (Bhagavata Purana 12.3.34).
Veda
dimengerti dengan pola pikir atheistik
Veda
pasandi dusitah, kitab suci Veda dimengerti dengan pola pikir atheistik (Bhagavata Purana 12.3.32).
Kota-kota
dikuasai para bandit
Dasyutkrsta
janapada, kota-kota dikuasai oleh para bandit (Bhagavata Purana 12.3.32).
Sapi
dibunuh untuk makanan
Gas
capayasvinih, sapi dibunuh untuk makanan jikalau tidak lagi
menghasilkan susu (Bhagavata Purana 12.3.36).
Majikan
dan pelayan saling tidak setia
Patim
tyaksyanti nirdravyam bhrtya apy akhilottamam bhrtyam vipannam patayah kaulam,
pelayan meninggalkan si majikan yang telah kehilangan kekayaan, meskipun sang
majikan adalah orang suci denga sifat-sifat tauladan. Sebaliknya, majikan
memecat pelayan yang tidak lagi mampu bekerja, meskipun si pelayan telah
mengabdi kepada keluarga si majikan selama puluhan tahun (Bhagavata Purana 12.3.36).
Laki-laki
dikendalikan wanita
Pitr-bhratr
suhrj-jnatim hitvasaurata sauhrdah hanandr-syala samvada strainah kalau narah, pada
jaman Kali, laki-laki bernasib malang dikendalikan wanita. Mereka tidak perduli
kepada ayah, saudara, sanak keluarga dan sahabat. Sebaliknya, mereka intim
dengan saudara lelaki dan saudara perempuan sang istri. Begitulah, pola
persahabatan mereka semata-mata berlandaskan pada hubungan dengan sang istri (Bhagavata Purana 12.3.37).
Orang
sudra menipu melalui praktek kerohanian
Sudrah
pratigraha hisyanti tapo veso pajivinah, orang
sudra menerima amal atas nama Tuhan dan mencari nafkah dengan berlagak seperti
pertapa dengan berpakaian sannyasi (Bhagavata
Purana 12.3.38).
Manusia
menjadi amat individualistik
Na
raksisyanti manusah sthavirau pitarau api putran bharyam ca kula jam, para
lelaki tidak lagi melindungi orang-tuanya yang lanjut usia. anak-anaknya dan
juga istrinya (Bhagavata Purana 12.3.42).
Dengan kata lain, para lelaki hanya perduli pada keselamatan dirinya sendiri.
Alam
dan manusia terkena polusi
Pumsam
kali-krtam dosan dravya desatma sambhavam, pada jaman Kali
barang-barang, tempat-tempat dan bahkan orang-orang pribadi terkena polusi(Bhagavata Purana 12.3.45). Dikatakan bahwa polusi
yang semakim mengganas menyebabkan krsya-kayah, pisik sang manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan dan pohon semakim mengecil.
Ksiyamanesu
dehesu dehinam kali dosatah, karena akibat buruk Kali-Yuga berupa polusi
(dosah), badan jasmani segala makhluk akan menjadi semakim kecil (Bhagavata Purana 12.2.12).
Cchaga
prayesu dhenusu, sapi akan menjadi sebesar kambing (Bhagavata Purana 12.2.14).
Anu
prayesu osadhisu sami prayesu sthanusu, tanaman dan tumbuhan
akan menjadi begitu kecil, dan pohon-pohon akan nampak seperti pohon sami
kerdil (Bhagavata Purana 12.2.15).
Manusia
melalaikan tuhan karena berwatak atheistik
Kalau
na rajan jagatam param gurun tri-loka nathanatha pada pankajam prayena martya
bhagavantam acyutam yaksyanti pasanda vibhinna cetasah, O
sang Raja, pada jaman Kali kecerdasan manusia digelapkan oleh paham atheistik,
dan mereka tidak menghaturkan yajna kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa,
Acyuta yang merupakan guru seluruh alam semesta. Meskipun para
kepribadian mulia yang dikuasakan mengendalikan seluruh Tri-loka sujud pada
kaki padma Beliau, tetapi manusia Kali-Yuga yang berpikiran picik dan hidup
merana tidak mau berbuat begitu (Bhagavata
Purana 12.3.43).
Yan
namadheyam mriyamana aturah patam skhalam va vivaso grnam puman
vimukta-kamargala uttamam gatim prapnoti yaksyanti na tam kalau janan,
diliputi rasa takut pada saat ajal menjelang, sang manusia pingsan diatas
tempat tidurnya. Walaupun suaranya sudah tersendat-sendat dan dia sendiri sulit
menyadari apa yang dirinya sedang katakan, tetapi jika dia mau mengucapkan nama
suci Tuhan Yang Maha Esa, maka dia bisa melepaskan diri dari segala
reaksi kegiatan pamerihnya yang berdosa dan mencapai alam rohani. Tetapi
manusia Kali-Yuga ini tidak mau memuja Tuhan dengan cara demikian (Bhagavata Purana 12.3.44).
Kondisi
hidup manusia menjelang kali-yuga berakhir
Ksiyamanesu
dehesu dehinam kali dosatah, karena akibat buruk Kali-Yuga berupa polusi
(dosah), badan jasmani segala makhluk akan menjadi semakim mengecil (Bhagavata Purana 12.2.12).
Varnasrama
vatam dharme naste veda pathe nrnam, prinsip-prinsip
dharma para penganut lembaga Varna-Asrama lenyap, dan jalan kerohanian
Veda sama sekali di-lupakan di masyarakat manusia (Bhagavata Purana 12.2.12).
Pasanda
pracure dharme dasyu prayesu rajasu, apa yang disebut dharma
(agama) adalah doktrin atheistik dan para Raja/Kepala/Pejabat negara semuanya
berwatak pencuri (Bhagavata Purana 12.2.13).
Cauryanrta-vrtha
himsa nanavrttisu vai nrsu, orang-orang cari nafkah dengan menjadi
penipu, pencuri, bandit, jagal atau pelaku tindak kekerasan lain (Bhagavata Purana 12.2.13).
Sudra
prayenu varnesu cchaga prayesu dhenusu, golongan sosial (varna)
di masyarakat hampir semuanya merosot menjadi sudra, dan sapi menjadi sebesar
kambing (Bhagavata Purana 12.2.14).
Grha
prayesu agramesu yauna prayesu bandhusu, asrama-asrama
kerohanian menjadi seperti rumah orang-orang meterialistik, dan hubungan
keluarga menjadi terbatas sampai pada ikatan perkawinan saja (Bhagavata Purana 12.2.14).
Anu
prayesu osadhisu sami prayesu sthanusu, tanaman dan tumbuhan
menjadi berukuran kecil sekali, dan pohon-pohon nampak seperti pohon sami
kerdil(Bhagavata Purana 12.2.15).
Vidyut prayesu meghesu
sunya prayesu sadmasu, awan dan mendu ng dilangit penuh dengan kilatan cahaya
petir, dan rumah-rumah penduduk hampa kegiatan rohani (Bhagavata Purana 12.2.15).
Tada
niranne hy anyonyam bhaksyamanah ksudharditah, ketika Kali-Yuga
menjelang berakhir, penduduk yang kelaparan (akibat kekeringan yang
berkepanjangan), saling bunuh dan saling makan satu dengan yang
lain (Bhagavata Purana 12.4.7).
Ittam kalau gata praye
janesu khara dharmesu, begitulah ketika Kali-Yuga menjelang berakhir, hampir
semua manusia menjadi seperti keledai (yaitu bodoh, malang dan menderita
sekali) (Bhagavata Purana 12.2.16).
Singkatnya, kelak ketika
Kali-Yuga menjelang berakhir, manusia akan hidup seperti binatang saja. Mereka
disebut dvi-pada-pasuh,
binatang berkaki dua. Dengan berpegang pada adharma sebagai pedoman hidupnya,
manusia tidak lagi mengenal etika, sopan-santun, tata-susila, moralitas atau
budi pekerti. Dikatakan,”Sva vid
varahostra kharaih samsthutah purusah pasuh, manusia hidup seperti
binatang dan dari antara mereka sendiri, mereka pilih yang (secara pisik)
paling kuat jadi pemimpin” (Bhagavata Purana 2.3.19). Maka
praktis manusia terbenam dalam samudra derita kehidupan material biadab dan
berdosa.