Jejak-Jejak Peradaban Veda Di Inggris
Kalau kita lihat satu tempat dengan tempat lainnya, kita sering
menemukan bahwa nama sekarang dari suatu negara berhubungan atau turunan dari
nama Vedic aslinya. Nama “British Isle” disebut sebagai Angulisthan, merujuk
pada sebuah tempat (sthan) yang adalah sebuah negeri sebesar jari tangan kalau
dibandingkan dengan Eropa, yang diibaratkan sebagai sebuah pohon palem dari
satu tangan. Istilah inilah, Angulisthan, yang kemudian jadi diucapkan sebagai
Anguliand, dan kemudian England. Nama Britania juga berasal dari Sanskrit
Brihat-sthan, yang berarti sebuah tempat yang agung atau pulau agung. Oleh
karena itu, England pernah berada di bawah administrasi Veda menggunakan bahasa
Sanskrit yang memberinya nama untuk pertama kali. Harap
diingat juga nama-nama seperti Afganisthan, Baluchisthan, Pakisthan,
Turkmenisthan, Turghasthan (Turki), Arvasthan (Arabia), Kurdisthan, dll, dll…. Siapakah yang
memberi nama daerah-daerah yang mempunyai nama akhir yang demikian itu
Banyak nama kota di Inggris juga
memiliki afiliasi dengan Sanskrit. Sebagai contoh, London adalah sebuah kota
Veda yang sudah sangat tua. Nama Sanskritnya di jaman dahulu kala adalah
Nandanium, yang adalah sebuah istilah Sanskrit untuk tempat hunian yang sangat
menyenangkan. Pada jaman Romawi, itu disalah-ucap menjadi Londonium. Inilah
yang kemudian disingkat menjadi London. Dalam bahasa orang-orang Eropa huruf
“L” sering menggantikan huruf “N” dari kata-kata Sanskrit. Itulah sebabnya
kenapa nama Sanskrit Svetanana (perilaku adil/bersih) diucapkan oleh orang
Russia menjadi Svetlana.
Nama-nama lainnya adalah yang
masih berkaitan dengan nama Lord Rama, salah satu inkarnasi Tuhan. Kota-kota
seperti Ramson dan Ramsgate secara langsung berhubungan dengan Lord Rama,
paling tidak namanya. Nama-nama orang seperti Ramsey McDonald dan Sir Winston
Ramsey dekat dengan nama orang India Ramsahay. Kata ramrod (tongkat-rama)
diturunkan dari batang kayu yang sangat besar yang dipakai sebagai tongkat pendobrak
oleh bala tentara Rama untuk membuka paksa pintu gerbang Alengka (Lanka).
Akhiran Sanskrit puri,
sebagaimana ditemukan dalam nama-nama kota di India seperti Sudamapuri atau
Jagannatha Puri, diubah menjadi “bury” di Inggris, yang berarti kota praja.
Kita temukan dalam bahasa Inggris kota-kota seperti Shewsbury, Ainsbury, dan
Waterbury. Topografi Salisbury yang berbukit-bukit juga membuktikan bahwa itu
merupakan sebuah bentuk perusakan dari istilah Sanskrit Shail-eesh-pury, yang
berarti suatu areal perbukitan dengan sebuah kuil Vedic. Canterbury secara
linguistik juga berhubungan dengan apa yang dalam Sanskrit adalah kata
Sankarpury, yang berarti sebuah kota praja Lord Shankar, Shiva. Ini kalau anda
mengucapkan “C” sebagai “S” dan mengganti “T” dengan “K” dalam nama Center,
yang bukannya tidak biasa dalam perubahan antara Sanskrit dengan bahasa
Inggris. Ini juga mengindikasikan bahwa sebelum British Isle berganti agama
Kristen dalam abad ke-enam A.D., Canterbury tadinya adalah tempat kedudukan
seorang pemimpin spiritual Veda. Jadi, Archbishop dari Canterbury tadinya
adalah seorang pendeta atau guru Veda, atau seorang Sankaracharya, dari mana
datangnya nama Sankarpury.
Hubungan lainnya adalah
terminologi dalam bahasa Inggris “shrine”, yang merupakan bentuk perusakan dari
kata Sanskrit shwar. Ini adalah rujukan bagi kota-kota India yang dikenal
sebagai pusat-pusat pemujaan Shiva pada masa silam, seperti Tryambakeshwar,
Lankeshwar, Ghrishneshwar, dan masih banyak lagi yang lain. Di Inggris kita
kenal kota-kota seperti Lancashire, Pembrokeshire, Hampshire, dan Wiltshire.
Devonshire berasal dari Sanskrit Devaneswar, yang berarti Lord atau dewa-dewa.
Kota-kota tersebut hampir pasti memiliki kuil-kuil Shiva yang besar dan luas,
itulah sebabnya kenapa mereka masih dinamai dengan cara seperti itu.
Di Scotlandia kita menemukan kota
Marayshire, nama yang merupakan perusakan dari nama salah satu deity Sanskrit
Moreshwar. Tempat ini merupakan sebuah situs Veda pada jaman dahulu sebagaimana
dapat dikenali dengan adanya figur-figur sapi masih kelihatan terukir di
batu-batu karang. Sapi Nandini adalah tunggangan Lord Shiva. Tempat ini
pastinya memiliki banyak kuil Shiva yang telah dihancurkan oleh para pengikut
Kristen fanatik.
Kita juga bisa membandingkan nama Edinburgh dengan Sanskrit. Veda diucapkan sebagai Eda setelah kedatangan agama Kristen di Eropa. Eddas, naskah-naskah sangat kuno Skandinavia, adalah gema dari Sanskrit Vedas. Edinburgh di Skotlandia adalah perusakan dari istilah Sanskrit Vedinpur, yang berarti Kota Veda.
Kita juga bisa membandingkan nama Edinburgh dengan Sanskrit. Veda diucapkan sebagai Eda setelah kedatangan agama Kristen di Eropa. Eddas, naskah-naskah sangat kuno Skandinavia, adalah gema dari Sanskrit Vedas. Edinburgh di Skotlandia adalah perusakan dari istilah Sanskrit Vedinpur, yang berarti Kota Veda.
Hubungan lainnya adalah
terminologi dalam bahasa Inggris “shrine”, yang merupakan bentuk perusakan dari
kata Sanskrit shwar. Ini adalah rujukan bagi kota-kota India yang dikenal
sebagai pusat-pusat pemujaan Shiva pada masa silam, seperti Tryambakeshwar,
Lankeshwar, Ghrishneshwar, dan masih banyak lagi yang lain. Di Inggris kita
kenal kota-kota seperti Lancashire, Pembrokeshire, Hampshire, dan Wiltshire.
Devonshire berasal dari Sanskrit Devaneswar, yang berarti Lord atau dewa-dewa.
Kota-kota tersebut hampir pasti memiliki kuil-kuil Shiva yang besar dan luas,
itulah sebabnya kenapa mereka masih dinamai dengan cara seperti itu.
Di Scotlandia kita menemukan kota
Marayshire, nama yang merupakan perusakan dari nama salah satu deity Sanskrit
Moreshwar. Tempat ini merupakan sebuah situs Veda pada jaman dahulu sebagaimana
dapat dikenali dengan adanya figur-figur sapi masih kelihatan terukir di
batu-batu karang. Sapi Nandini adalah tunggangan Lord Shiva. Tempat ini
pastinya memiliki banyak kuil Shiva yang telah dihancurkan oleh para pengikut
Kristen fanatik.
Kita juga bisa membandingkan nama Edinburgh dengan Sanskrit. Veda diucapkan sebagai Eda setelah kedatangan agama Kristen di Eropa. Eddas, naskah-naskah sangat kuno Skandinavia, adalah gema dari Sanskrit Vedas. Edinburgh di Skotlandia adalah perusakan dari istilah Sanskrit Vedinpur, yang berarti Kota Veda.
Kita juga bisa membandingkan nama Edinburgh dengan Sanskrit. Veda diucapkan sebagai Eda setelah kedatangan agama Kristen di Eropa. Eddas, naskah-naskah sangat kuno Skandinavia, adalah gema dari Sanskrit Vedas. Edinburgh di Skotlandia adalah perusakan dari istilah Sanskrit Vedinpur, yang berarti Kota Veda.
Di India, kota praja dan
perbentengan yang dikelilingi tembok pengaman dikenal dan diucapkan sebagai
“Cote”, yang adalah sama dengan Kot seperti dalam Siddhakot, Agrakot, Lohakot,
Bagalkot, dan Amarkot. Di Inggris, juga, kota praja dan kastil yang
diikelilingi dengan tembok pengaman masih mengandung nama-nama Sanskrit “Cote”
sebagaimana dapat dilihat pada nama-nama seperti Charlcote, Northcote,
Heathcote, dan Kingscote.
Pacuan kuda terkenal di Ascot bukanlah sebuah kebetulan tempat untuk olah raga. Nama Ascot berasal dari nama Sanskrit Aswacot, yang berarti kota kuda, yang merupakan sebuah warisan dari pemerintahan administrasi Kshatriya Veda pada jaman dahulu.
Pacuan kuda terkenal di Ascot bukanlah sebuah kebetulan tempat untuk olah raga. Nama Ascot berasal dari nama Sanskrit Aswacot, yang berarti kota kuda, yang merupakan sebuah warisan dari pemerintahan administrasi Kshatriya Veda pada jaman dahulu.
Ini memperlihatkan semua nama
diberikan oleh orang-orang pada jaman dahulu yang berbicara Sanskrit ketika
mereka memerintah wilayah-wilayah itu. Jadi itu tidak mengejutkan bahwa
bagian-bagian dari Inggris masih mengandung terminologi Sanskrit bahkan setelah
semua jejak-jejak ayunan sejarah India atas Inggris sepertinya telah
dihapuskan.
Terdapat lebih banyak lagi
kata-kata dalam bahasa Inggris yang akarnya berasal dari Sanskrit, seperti
dijelaskan di dalam buku Some Blunders of Indian Histirical Research, pada
halaman 251. Pada adalah Sanskrit untuk ‘kaki’, yang berhubungan dengan
sejumlah besar kata-kata bahasa Inggris, seperti Pedeatrics, pedestal,
pedestrian, dan biped. Akar kata Sanskrit lainnya adalah dant, yang berarti
‘gigi’, darimana kita dapat kata-kata dentist, dentistry, dan dental. Istilah
Sanskrit lainnya adalah mritya, berarti ‘kematian’, darimana kita mendapat
kata-kata mortuary, morgue, mortal, dan immortal. Kata man diturunkan dari kata
Sanskrit manas, berarti ‘pikiran’, mind, thingking, atau rational being. Kata
bahasa Inggris door adalah Sanskrit dwar. Istilah Inggris Monarch berasal dari
istilah Sanskrit Manawarka, yang berarti matahari (yang bersinar) diantara
manusia. Dalam tradisi Veda, monarki dianggap sebagai sinar kemuliaan, kekuasaan,
dan penjaga dunia. Daftar perbandingan kata-kata termasuk di bawah ini:
INGGRIS SANSKRIT
Ca-tholic === Sa-Devalik (ia sang penyembah kuil)
Friar === Pravar (pertapa)
Convent === Sonvent (bangunan suci)
David === Devi-da (diberkati oleh Ibu Dewi)
Church === Churcha (tempat memberikan ceramah religius)
Churchill === Churcha-cholak (orang yang memimpin khotbah)
Papa/Pope === Papa-ha (penebus dosa)
Ca-tholic === Sa-Devalik (ia sang penyembah kuil)
Friar === Pravar (pertapa)
Convent === Sonvent (bangunan suci)
David === Devi-da (diberkati oleh Ibu Dewi)
Church === Churcha (tempat memberikan ceramah religius)
Churchill === Churcha-cholak (orang yang memimpin khotbah)
Papa/Pope === Papa-ha (penebus dosa)
Tuan rumah yang tidak
disangka-sangka dari sejumlah kata-kata Sanskrit yang terus tetap ada dalam
bahasa Inggris merupakan bukti yang sangat kuat atas orang-orang India Veda
pernah berayun di Eropa. Contoh-contoh seperti itu lebih banyak lagi dapat
dilihat pada Bab Enam buku ini.
Bukti lebih banyak lagi tentang
warisan Veda di Inggris dapat dikenali dengan adanya temuan bahwa saat
membangun kembali daerah-daerah yang hancur di kota London setelah selesainya
Perang Dunia II, sebuah patung dewa India Mitra, dewa matahari, ditemukan
tertimbun di bawah pondasi sebuah bangunan tua. Dikatakan bahwa bangsa Romawi
telah memperkenalkan penyembahan dewa matahari di Britania selama pemerintahan
mereka di sana. Semua ini berarti bahwa apakah orang-orang Veda India sendiri
yang langsung pergi ke Inggris, atau bisa juga peradaban Veda sampai ke Inggris
melalui perantaraan orang-orang Yunani atau Romawi kuno.
Melalui aliran yang sama, British
Museum di London memamerkan sebuah mosaik burung merak yang berhasil diangkat
dari sebuah penggalian di British Isle. Walaupun merak adalah burung daerah
tropis dan dianggap suci, dan juga adalah tunggangan dewi Sarasvati dan dewa
Murugan dalam tradisi Veda, itu merupakan sebuah corak yang populer pada jaman
Veda Eropa dahulu. Ini adalah sebuah bukti visual tentang masa lalu Veda di
Britania Raya.
Lebih jauh lagi, bukti tentang
praktek kremasi lazim dilakukan di Britania kuno ditemukan dalam bentuk
kendi-kendi berisikan abu suci yang disimpan di bawah sebentuk batu di tempat
pemujaan.
Aspek-aspek religius tertentu
yang dibawa dari tradisi Veda juga dapat dilihat dengan cara lain, sebagaimana
dijelaskap pada halaman 12 dari Some Missing Chapters of World History karya
P.N. Oak. “Katedral St. Paul di London, dibangun kembali oleh Christopher Wren
setelah kebakaran besar yang melanda London lebih dari 300 tahun yang lalu,
masih mempertahankan beberapa tradisi pra agama Kristen. St. Paul tadinya
adalah sebual kuil Gopal atau Chrisn (Krishna). Ini dia beberapa buktinya:
Pusat altarnya dipisahkan dari dinding bagian belakang oleh sebuah lintasan
jalan sempit yang melingkar. [Ini sebagai jalur bagi orang-orang untuk berjalan
mengitari altar, sebuah kebiasaan yang khas kuil-kuil Veda]. Altar utama dibuat
tidak untuk mengabadikan Jesus tetapi berupa palang Veda delapan arah mata
angin. Di depan altar, tidak seberapa jauh, terdapat patung burung elang emas dalam
posisi berdiri. Burung elang itu adalah [Garuda] tunggangan dewa Vishnu. Di
atas reling melengkung penopang langit-langit terdapat doa-doa Latin yang
dimulai dengan kata OM yang ditulis dalam huruf kapital yang tebal. Di
sepanjang dinding tembok bagian dalam adalah sketsa relief dari para pertapa
dan yang lain-lain sedang berendam, mandi suci dalam sungai Gangga”. Oleh
karena itu, sepertinya ini menandakan bahwa banyak dari tempat-tempat suci
terpenting atau gereja-gereja penganut Kristen sekarang ini tadinya adalah
kuil-kuil atau tempat-tempat suci Veda.
Praktek menyematkan bulu burung
(merak) pada topi orang-orang Eropa, dan bahkan bulu burung (merak) yang
terlihat di atas mahkota penguasa Muslim bersumber dari peniruan gaya Lord
Krishna yang pada jaman dahulu adalah orang yang pertama kali diketahui
mengenakan sehelai bulu merak di puncak mahkotanya. Itu memperlihatkan
bagaimana dunia pada jaman dahulu memuja-muja Lord Krishna.
Juga dipahami bahwa para
administratur Kshatriya Veda jaman dahulu mempekerjakan penyanyi-penyanyi dan
penyair tradisional yang dikenal sebagai Bhaat atau Bard. Itulah kata-kata yang
sama yang terus dipakai dalam bahasa Inggris sebagai Poet (sebuah salah ucap
dari kata Sanskrit Bhaat) dan Bard. Tradisi yang aslinya berasal di Timur dan
kemudian melintas ke Yunani kuno dan kemudian Latin. Dewan penyair Raja Veda
Prithviraj, Chand, dikenal sebagai “Bardai”, yang diucapkan sebagai “Bard”
dalam bahasa Inggris. Kelanjutan dari tradisi poet atau bard di Britania
merupakan salah satu bukti kuat dari penguasa Veda yang berbicara Sanskrit
telah mengatur British Isle pada jaman dahulu kala.
STONEHENGE DAN ORANG-ORANG DRUID
Tempat lain yang harus
dipertimbangkan dalam hal pengaruh Veda adalah Stonehenge, sebuah tempat
misterius yang ada di dataran Salisbury di Wiltshire. Nama Stonehenge datang
dari kata Sanskrit Stavankunj, yang berarti pondok tempat untuk bermeditasi.
Nama aslinya benar-benar tidak ada hubungan dengan batu-batu bulat besar yang
berdiri disana. Beberapa mill dari sana ada sebuah tempat yang dikenal sebagai
Woodhenge. Padanan dalam Sanskrit dari kata “wood” adalah vana, diucapkan
sebagai “bon”. Jadi, nama Sanskrit untuk tempat itu tentunya adalah Vanakunj,
berarti sebuah “forest bower”. Ini memberikan beberapa pemahaman kepada Sanskrit
sebagai asal dari nama-nama yang berakhiran “henge”.
Orang-orang Druid, yang
dihubungkan dengan Stonehenge, adalah pendeta-pendeta yang memainkan peranan
penting dalam kehidupan sosial pada jaman Eropa kuno. Istilah Druid adalah
variasi dari orang-orang Eropa atas istilah Sanskrit Dravid. Salah satu
hubungan yang dimiliki orang-orang Druid dengan peradaban Veda dijelaskan oleh
P.N. Oak pada halaman 221 dari bukunya Some Missing Chapters in World History
yang mana ia menyatakan: “Masyarakat Eropa menyebut orang-orang Druid sebagai
orang-orang Hindu Dravida pada jaman dahulu. Kamus menjelaskannya sebagai
sebuah kelompok religius kuno yang ada di Gaul, Britania, dan Irlandia pada
jaman dahulu.
Dalam hikayat penduduk Irlandia
dan Wales, dan kemudian dalam legenda agama Kristen, orang-orang Druid muncul
sebagai penyihir dan bukan sebagai pendeta dan ahli filsafat. Ini merupakan
indikasi jelas bahwa orang-orang Druid Eropa adalah sama dengan orang-orang
Dravida di India. Mereka bukanlah kelompok ras tertentu. Mereka merupakan
kelompok religius dari para pendeta dan ahli filsafat yang melakukan
keajaiban-keajaiban melalui mantra dan upacara mereka. Secara kebetulan, harus
dicatat disini bahwa adalah tidak benar untuk menandai orang-orang Arya dan
orang-orang Dravida sebagai kelompok-kelompok ras yang saling bermusuhan.
Mereka tidak bermusuhan. Mereka adalah komunitas-komunitas Hindu kuno [yang
berbeda] yang kedua-duanya benar-benar mahir dalam pemujaan keagamaan Hindu,
pengetahuan dan praktek-praktek Veda. Mereka menyebar ke Eropa ketika para
Kshatriya India memerintah dunia. Sebagaimana komunitas di India begitu juga
dengan komunitas di Eropa kita menjumpai istilah-istilah Arya dan Druid. Mereka
tidak eksklusif satu dengan yang lain. Orang-orang Druid adalah sebuah kelompok
yang menjalankan Arya Dharma yang adalah jalan hidup Arya. Karenanya ketika
dunia mengatakan bahwa arang-orang Eropa adalah orang-orang Arya apa yang harus
disadari adalah bahwa orang-orang Eropa tadinya adalah orang-orang Hindu.
Druid, alias Dravida, membentuk sebuah kelompok keagamaan dalam komunitas
orang-orang Arya yang percaya akan dan menjalankan Arya Dharma yang sama”.
Istilah Dravid berkaitan dengan
para orang bijak paling awal pada saat mulainya Krita-yuga. Akar kata Dra
menandakan Drashta, salah satu dari para orang mulia (seer), sementara suku
kata yang belakangan vid secara langsung menunjuk kepada ilmu pengetahuan atau
orang bijak itu sendiri. Jadi, mereka berasal dari India, seperti juga
disebutkan pada halaman 483, Volume II dari Asiatic Researches oleh Reverend
Thomas Maurice: “Asal-usul Asiatic dari orang-orang Druid telah lama diakui
dalam dunia kepurbakalaan. Mr. Reuben Burrow, praktisi besar astronomi India,
merupakan orang pertama yang, setelah melalui sebuah pengujian dan perbandingan
yang ketat terhadap takhyul yang berhubungan dengan mytologi dan
periodisasinya, secara langsung membenarkan mereka sebagai sekelompok imigran
yang terdiri dari ahli-ahli filsafat India”.
Reverend Maurice melanjutkan alur
pemikiran ini pada halaman 246, Bagian I, Volume I dari bukunya, Antiquities of
India: “Para pendeta ini (orang-orang Druid), kaum Brahmana India, menyebarkan
diri mereka secara meluas melalui wilayah Asia bagian utara, bahkan sampai ke
Siberia sendiri, dan secara perlahan-lahan bercampur dengan suku-suku pribumi
Celtic yang berpostur besar (penduduk Kalatoya sampai selatan Kashmir) terus
melanjutkan perjalanannya sampai di Eropa dan akhirnya mendirikan kelompok
orang-orang Druid yang adalah sistem Brahmin superstition di Britania purba.
Ini saya pertahankan adalah koloni orang Oriental pertama yang menetap di
kepulauan (British) ini”.
Ini sangat mirip dengan apa yang
dijelaskan oleh Navaratna S. Rajaram dalam bukunya, Vedic Aryanand the Origins
of Civilization. Ia mengatakan bahwa orang-orang Druid tercatat dalam pustaka
Veda sebagai orang-orang Druhyu. Mereka diusir keluar India dalam sejumlah
kampanye oleh para penguasa dari milenium ke-empat B.C., bahkan oleh Mandhatr
sejak 4500 B.C. Ini sesuai dengan tradisi orang-orang Druid yang menelusuri
asal-usulnya dari Asia setidaknya sejak 3900 B.C. Orang-orang Druhyu ini, yang
berasal dari wilayah India barat laut telah dipimpin kembali masuk ke tanah
tumpah darahnya oleh raja mereka, Angara. Kemudia Mandhatr mengusirnya kembali
keluar dari Punjab dan masuk ke Afghanistan. Setelah itu, berdasarkan
catatan-catatan dalam Purana mengindikasikan bahwa mereka pergi lebih jauh lagi
ke arah utara dan kemudian barat memasuki Eropa, dimana mereka menjadi
orang-orang Druid.
Pada halaman 11 buku The Celtic
Druids, Godfrey Higgins manyebut bahwa, “Caesar . . . mangatakan, berbicara
menganai orang-orang Druid, bahwa mereka tidak berpikir itu sah menurut hukum
untuk melakukan penulisan rahasia agama mereka”. Ini berarti bahwa cara mereka
untuk mengajarkan pengatahuan mereka kepada yang lain mereka memelihara tradisi
lisan Veda. Pelajaran Sanskrit selalu dilakukan berdasarkan ingatan (tradisi
lisan) sebelum itu dituliskan. Dan untuk mengingatnya, mereka secara rutin
biasanya melafalkan Vedas dan pustaka Veda lainnya.
Dari halaman 154 buku Matter,
Myth and Spirit or Keltic Hindu Links, Dorothea Chaplin menjelaskan,
“Orang-orang Dravida adalah para Kshatriya dan semua Kshatriya adalah orang
Arya. . . . Manu dalam ayat 43-44 dari bab ke-sepuluh Samhita menyebutkan
sepuluh suku Kshatriya sebagai kaum Vrishala, diantara mereka adalah
orang-orang Dravida”.
Pada halaman 179 sampai 183 ia
melanjutkan ulasannya bahwa orang-orang Druid tidak pernah ambil bagian dalam
peperangan, juga tidak pernah membayar pajak dalam rangka itu. Mereka
dibebaskan dari kewajiban membayar pajak. Dalam jumlah besar mereka bergabung
dalam kependetaan yang mana mereka dikirim oleh orang tuanya untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan yang diperlukan. Pada saat berumur 5 tahun para murid dikirim
ke pasraman milik sang guru selama 12 sampai 20 tahun untuk mengikuti
pendidikan dan mempelajari himne-himne suci Veda. Mereka akan mengingat
sejumlah besar ayat-ayat. Inti dari pendidikan mereka adalah untuk memahami
keabadian jiwa (soul) dan proses reinkarnasi. Pelajaran lainnya adalah
astronomy, geography, berbagai cabang filsafat, dan masalah-masalah keagamaan.
Jadi, sistem pendidikan Druid juga adalah sistem menurut Veda.
Kemiripan dengan sistem Veda
menjadikannya yakin bahwa orang-orang Druid dalam kenyataannya adalah klan
orang-orang Druhyu dari India, bagian dari peradaban Veda yang menuntun dan
melakukan kendali pengawasan atas tata kemasyarakatan orang-orang Eropa
kontemporer. Dama buku yang sama, Chaplin menjelaskan bahwa orang-orang Druid mendiami
British Island dan membengun pusat-pusatnya di banyak tempat, yang terpenting
diantaranya adalah Avebury, Stonehenge, Woodhenge, Malvern, Mona, Tara, dan
Iona. Bahkan orang-orang Celtic ada di bawah kekuasaan orang-orang Druid.
Tetapi, tidak hanya orang-orang Druid makmur di Britania, tetapi dalam Complete
History of the Druids (hal.27) menjelaskan bahwa, “Agama orang-orang Druid
bersemi sangat lama, baik di Britania dan Gaul (Perancis). Ia menyebar sampai
ke Italia, seperti nampak melalui perintah pengadilan Augustus kepada
orang-orang Roma, agar tidak merayakan misterinya”.
Sebagaimana tercatat pada halaman
182-183 dari Caesar’s Commentaries on the Gallic War, oleh T. Rice Holmes,
Julius Caesar menjelaskan bahwa dewa untuk siapa orang-orang Druid melakukan
banyak penghormatan adalah Mercury. Ia dianggap sebagai penemu semua kesenian
dan pioner dan pemandu bagi para pejalan, dan penyelenggara perdagangan dan
kepemilikan kekayaan. Mereka juga memberikan penghormatan untuk Apollo
(penyembuh penyakit), Mars (Dewa perang), Jupiter (mahluk celestial tertinggi)
dan Minerva (pelopor industri dan kerajinan tangan). Dalam tradisi Sanskrit
deity-deity yang sama dikenal sebagai Surya, Mangal, Budha, Indra, dan Lakshmi.
Pada halaman 161 buku The Celtic
Druids, oleh Godfrey Higgins, juga dijelaskan bahwa perayaan tanggal 25
Desember dirayakan dengan menyalakan api unggun besar di puncak bukit.
Merayakannya dengan menggunakan pepohonan hijau dan terutama sekali mistletoe
(sejenis tanaman warna hijau) pada perayaan ini mengkhianati tradisi Druid yang
menjadi asal tradisi ini.
Orang-orang Druid tidak hanya
merupakan orang-orang dari India, atau yang berorientasi Veda, yang ada di
Britania. Dari halaman 113 buku Matter, Myth and Spirit or Keltic Hindu Links,
Dorothea Chaplin menjelaskan, “Kerajaan Kent dibangun oleh Jat bersaudara. Baik
orang-orang di kerajaan Kent dan juga di pulau Wight semuanya adalah keturunan
dari Jat bersaudara”. Jat bersaudara adalah juga klan Kshatriya dari India dan
membantu mengelola peradaban Veda di bagian lain dunia ini.
Sumber terjemahan dari buku “Proof
of Vedic Culture’s Global Existence” oleh Stephen Knapp.